Oleh Fitri Hariana, STP. — Beberapa tahun yang lalu, tepatnya saya lupa tahun berapa, saya menemukan sebuah foto yang saya juga lupa sumbernya darimana. Namun foto itu begitu merasuk ke hati dan jiwa. Hingga sampai sekarang saya tetap menyimpan foto itu sebagai oengingat diri bila hati dan diri ini khilaf dan terlupa. Foto tersebut adalah foto dari seorang laki-laki berkulit hitam yang menggelar dagangannya di gerobak sederhana. Dagangannya pun terbilang cukup sederhana. Pria kulit berkaus juning liria putih tersebut menjajakan pisang yang juga berwarna kuning. selaras warna kuning pisang yang dia jual dengan kaos yamg dia pakai. Sekilas tampaknya tak ada yang istimewa. Dia seperti pedagang lainnya yang sedang berupaya mengais rezeki halal dengan cara sederhana yang ia bisa. Berjualan. Berdagang. Namun yang nampak istimewa adalah sikapnya yang terlihat tenang saat berjualan. Tidak kemrungsung. Meski dia hanya berjualan seadanya. Tulisan aksara arab di geeobak jualannya yang membuatnya tampak istimewa. Di gerobaknya tertulis tulisan Arab yang berbunyi, ” Kaifa akhofu minal faqr wa ana abd al-Ghaniy” Arti tulisan tersebut dalam Bahasa Indonesia adalah ” Bagaimana aku akan takut dengan kemiskinan. Sedangkan aku adalah hamba dari Yang Maha Kaya”. Tulisan itu begitu sederhana, namun mampu menampar hati dari nafsu yang serakah akan kemilau dunia. Di saat banyak orang kaya atau orang yang lainnya ketakutan akan kekurangan harta benda dan makanan, maka si pedagang berucqp yakin bahwa bagaimana mungkin dia takut akan kemiskinan. Sedang ia aalah hamba dari Yang Maha Kaya.” Sungguh keyakinan inilah yang menunjukan ketinggian pemahaman tauhidnya. Dia sungguh telah benar-benar mampu mengesakan Allah sebagai Sang Maha Pencipta pemberi dan penjamin reseki bagi setiap makhluk ciptaannya. Dan dia sungguh meyakini bahwa rezeki setiap makhluk bahkan hewan yang melata sekalipun telah dijamin ol3h Allah Swt. Jadi tak swlayaknya sebagai makhluk yang berakal, kita menjadi takut jaruh miskin atau tak memiliki rezeki. Justru terkadang akal, logika dan mafsu kita yang sering mengelabui dan melemahkan keyakinan kita akan rezeki dari Allah. Rezeki dsri Allah meski ada reseki yang telah dijamin, namun ada pula rezeki yang didapat dari usaha. Berjualan atau berdagang adalah usaha atau ikhtiar yang kita lakukan dalam mengharapkan rezeki dari Allah. Begitupun dengan bekerja dan sebagianya. Sedangkan rezeki yang dijamin oleh Allah adalah rezeki setiap makhluk yangbmemang sudah Allah tenrukan dan anugerakan kepadanya meskipun dia tidak berusaha. Yang terkadang membuat kita sering melupakan rezeki yang telah dijamin opeh Allah adalah sifat rakus dan serakah. Juga rasa ketakutan yang berlebihan akan kekurangan, kelaparan dan kemsikinan. Sehingga kerap kali ada juga manusia-manusia serakah yang sangking takutnya menjadi miskin bertindak semena-mena baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Apalagi di saat pandemik Corona saat ini. Keyakinan kita akan rezeki dari Sang Maha Kaya sering diuji. Yang kaya atau yang berharta bisa saja ada yang merasa takut miskin sehingga enggan berbagi. Malah terkadang karena takut kekurangan dan kelaparan dia rela dan tega menimbun banyak bahan pokok kebutuhannya. Hanya karena dia merasa ounya uang maka dia merasa bisa membeli semua yang dia inginkan dan mau. Merasa aman bila sudah menimbun persediaan srok pangan dan sebgaianya tanpa memperdulikan orang lain yang sedang membutuhkan namun tak mampu membeli karena tidak punya uang. Lantas bagaiamana dengan orang-orang yang kurang berunting rezekinya karena tidak memiliki uang simpanan. Jangankan uang simpanan, sedang uang untuk membeli kebutuhan pokok hatian juga tak ada. Apalagi di era pademik Corona ini banyak pekerja harian lepas yang tak memiliki penghasilan. Dorongan kebutuhan dan perut yang lapar serta takut akan kekurangan, kelaparan dan kemiskinan menjadi ujian terberat saat pandemik ini. Maka ada baiknya setiap diri kembali memperkuat keyakinan dan keimanannya dengan kembali meyakini bahwa Allah lah Sang Maha Pemberi Rezeki. Allah Sang Maha Pencipta lah Yang Maha Memiliki Kekayaan. Allah pula lah yang akan menjamin rezeki setiap makhluk ciptaan-Nya. Dan tidak ada satu makhluk pun yang akan meninggal dunia sebelum jatah rezekinya di dunia telah habis. Maka yang paling penting yang harus kita lakukan di era pandemik Corona ini adalah perkuat kembali keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena Allah lah Sang Maha Pencipta segala makhluk termasuk virus Corona. Allah Maha Mengetahui apapun tentang hamba-hamba-Nya. Termasuk juga tentang semua makhluk-Nya. Lita yang saat ini belum tahu mengapa Allah mengirim Virus Corona menyebar ke seluruh dunia. Sebagai orang yang beriman dan mempercayai kekuasan Allah, maka wajiblah kita memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Karena sebagai pencipta tanpa kita mengadu pun sebenarnya Allah jauh l3bih mengetahui apa yang terjadi di setiap kejadian yang telah Dia takdirkan. Maka yang terpenting adalah kita mampu dari merebaknya virus Corona untuk semakin tunduj patuh pasrah pada kehendak dan kuasa Allah SWT. Dan jangan pernah merasa takut miskin bila kita berniat berbagi dengan sesama. Karena kita adalah hamba dari Yang Maha Kaya. */sumberbloggerBersikaplahdalam bimbingan Sunnah Nabi. Jika miskin, jangan iri dengki pada yang kaya. Turut bersyukur saudara kita berkelimpahan. Kita senang sebagaimana saudara kita merasakan kesenangan itu. Jika kaya, jangan pelit berbagi dengan sesama. Jangan merasa lebih tinggi dan mulia di sisi Allah dibandingkan yang miskin. Oleh AHMAD AGUS FITRIAWANOLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN Kebanyakan manusia tidak mau jatuh pada jurang kemiskinan. Tak heran jika banyak sebagian dari kita yang berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya, bahkan sampai ada yang menukar agama hanya untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi. Bila ditelusuri, akar penyebab munculnya sikap takut miskin adalah kecintaan terhadap dunia. Orang yang mencintai dunia tentu saja khawatir dan ketakutan bila kehilangan kenikmatannya, salah satunya adalah nikmat harta. Kategori semacam itu bukanlah sifat dan sikap mukmin sejati. Sebab, ia yakin bahwa Allah adalah Zat Mahakaya yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sebagaimana Allah berfirman “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.” QS al-Isra [17] 31. Dalam Tafsir Ibn Katsir, ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya. Allah mengedepankan perhatian terhadap rezeki anak-anak orang tua tersebut hamba Allah di saat orang tuanya hendak membunuh anaknya ketika tiada harta yang sanggup untuk diwariskan. Kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Jangan sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik dalam hati kita, “Besok kita makan apa?” Jangan takut! Yang penting kita berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal, berdoa dan bertawakal kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah SWT telah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya. "Dan tidak ada suatu yang melata pun yakni manusia dan hewan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." QS Huud [11] 6. Bahkan sesuatu yang harus ditakutkan adalah ketika dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” HR Bukhari No Muslim No Bagi siapapun yang tengah merasakan ketakutan akan jatuh miskin, sejenak menengok petuah hikmah dari Syekh Imam Ibn Rajab dalam Kitab Jami’ul Ulum wa Hikam “Kau takut miskin? Abu Hazim menjawab, pelindungku adalah pemilik apa yang ada di bumi, apa yang ada di langit, dan apa yang ada di antara keduanya, serta apa yang ada di bawah tanah. Kenapa aku harus takut?” Keterangan ini mengingatkan kita akan Mahabesarnya Allah. Allah sang pemiliki jagad raya ini. Allah yang punya. Jika benar kita merasa dan mengakui bahwa Allah adalah pelindung dalam kehidupan ini, mengapa masih merasa takut miskin? Takut miskin sering mendorong seseorang menjadi pelit, curang, bahkan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan harta. Wallahu a'lam.
Teks khutbah Jumat berikut ini berpesan bahwa fitnah dan malapetaka bagi manusia tak bersumber secara mutlak dari kekayaan, begitu juga dari kemiskinan. Semuanya kembali pada sikap mereka terhadap keduanya. Dalam khutbah ini, jamaah juga diajak merenungi dan meneladani sikap ulama-ulama terdahulu dalam menghadapi kekayaan maupun kemiskinan. Mereka sadar tentang potensi positif dan potensi negatif di balik kekayaan dan kemiskinan, dan mereka memilih jalan yang maslahat di antara keduanya. Teks khutbah Jumat ini berjudul “Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin!”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ * قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِن ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللهِ وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ءال عمران ١٤–١٥ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan. Kaum Muslimin rahimakumullah, Dalam kesempatan yang mulia pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema “Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin!”. Hadirin rahimakumullah, Mengawali khutbah ini, khatib akan membacakan makna dari dua ayat yang kami baca dalam mukadimah khutbah di atas. Makna dua ayat tersebut adalah “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan bagi Allah-lah tempat kembali yang baik. Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa tersedia bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridla Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” QS Ali Imran 14-15 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ للرَّجُلِ الصَّالِحِ أوْرَدَهُ الْهَيْتَمِيُّ في زوائِدِ ابنِ حِبّانَ Maknanya “Harta yang baik adalah milik seseorang yang shalih” Disebutkan oleh al Haitsami dalam Zawa’id Ibn Hibban. Artinya, harta yang halal yang digunakan dan dibelanjakan oleh seorang Muslim pada jalan yang diridlai oleh Allah ta’ala dan ditujukan untuk memenuhi hak-hak Allah adalah nikmat agung yang Ia anugerahkan kepada hambanya yang Mukmin. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Diriwayatkan dari sahabat Amr bin Auf al-Anshari radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutus sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah radhiyallahu anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil harta jizyah. Lalu Abu Ubaidah kembali ke Madinah dengan membawa harta dari negeri Bahrain. Kedatangan Abu Ubaidah ini didengar oleh Kaum Anshar bertepatan dengan saat shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Usai shalat, beliau segera pergi namun mereka berkerumun menghampirinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersenyum melihat mereka seraya berkata “Aku kira kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dengan membawa sesuatu.” Mereka berkata “Benar wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda “Bergembiralah dan bercita-citalah dengan apa yang dapat membuat kalian berbahagia.” Beliau melanjutkan sabdanya فَوَ اللهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلكِنِّي أَخْشَى أن تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فتُهْلِكَكُمْ كما أهلَكَتْهُمْ مُتّفَقٌ عَلَيْهِ “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian. Akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah bila kalian telah dilapangkan harta dunia sebagaimana telah dilapangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian bersaing memperebutkannya sebagaimana mereka bersaing memperebutkannya sehingga harta dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” HR al-Bukhari dan Muslim Hadirin rahimakumullah, Pada umumnya, seorang ayah di akhir hayatnya akan sangat mengkhawatirkan kemiskinan pada anak-anaknya. Tapi tidak dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ibarat ayah bagi umatnya, beliau sama sekali tidak mengkhawatirkan kemiskinan dan kefakiran pada umatnya. Padahal beliau sangat mencintai umatnya. Yang beliau khawatirkan justru sebaliknya. Rasulullah mengkhawatirkan kekayaan dan kelapangan harta pada umatnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa hal itu disebabkan mudarat kefakiran lebih ringan daripada mudarat kekayaan. Bahaya yang ditimbulkan kefakiran pada umumnya berkaitan dengan keduniaan. Sedangkan bahaya yang diakibatkan kekayaan biasanya berkaitan dengan agama. Mudarat dalam agama jelas lebih berat daripada mudarat keduniaan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Harta adalah sesuatu yang menggiurkan bagi banyak orang. Lebih-lebih bagi pemiliknya. Dengan sebab harta yang melimpah, seseorang kemungkinan besar akan tergoda untuk melakukan berbagai hal yang disenangi hawa nafsunya. Dan yang disenangi hawa nafsu pada umumnya adalah perkara yang dilarang oleh agama. Harta juga memicu persaingan untuk memperebutkannya. Akibat persaingan memperebutkan harta, antarkerabat atau antarteman bisa saling membunuh. Perebutan harta juga seringkali menjadikan seorang anak kalap lalu mengusir orang tua kandungnya, menuntutnya di pengadilan dan memenjarakannya. Akibat perebutan harta, seringkali orang lupa diri dan tidak menyadari bahwa sebenarnya harta tidak dibawa mati. Hadirin rahimakumullah, Jika kita cermati dengan seksama, baik kemiskinan ataupun kekayaan, keduanya bisa jadi sumber fitnah dan bencana. Namun di sisi yang lain juga bisa menjadi sumber kemaslahatan serta ladang pahala. Tergantung bagaimana seseorang menyikapi dan menghadapinya. Sebagian orang kaya, kekayaan adalah sumber bencana dan fitnah yang mengalirkan dosa bagi mereka. Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka menyombongkan diri di hadapan orang lain. Dan sebagian orang kaya menggunakan kekayaan mereka untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat. Begitu pula dengan kefakiran. Sebagian orang ketika ditimpa kefakiran, mereka mencuri dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Bagi mereka, kefakiran menjadi sebab kesengsaraannya di akhirat. Sebaliknya sebagian orang fakir menghadapi kefakirannya dengan penuh kesabaran. Sifat sabar inilah yang mengekang nafsu mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan. Bagi mereka inilah, kefakiran yang menimpa bermanfaat di akhirat dan menjadi ladang pahala. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sebagian besar nabi dan wali adalah orang-orang fakir. Sangat sedikit di antara mereka yang dianugerahi kekayaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa sebagian besar penduduk surga adalah orang-orang fakir dalam sabdanya اطَّلَعْتُ فِي الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ رَوَاهُ الْبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ Maknanya “Aku melihat di surga, dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang fakir” HR al-Bukhari dan Muslim. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِسَبْعِينَ خَرِيفًا رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ فِي حِلْيَةِ الْأَوْلِيَاءِ Maknanya “Orang-orang fakir di kalangan Muhajirin akan memasuki surga terlebih dahulu sebelum orang-orang kaya di kalangan mereka dengan selisih waktu 70 tahun” HR Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’. Hadirin rahimakumullah, Jika seseorang dijadikan fakir, hendaklah ia meneladani sahabat Abu Hurairah yang kemiskinannya tidak menjadikannya lemah semangat dalam menimba ilmu kepada Rasulullah dan menghadiri majelis-majelis ilmu. Bahkan beliau adalah sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits. Begitu fakirnya Abu Hurairah, sampai-sampai pernah pingsan karena kelaparan. Begitu juga Uwais bin Amir al-Qarani yang merupakan sebaik-baik tabiin. Begitu miskinnya hingga keinginannya bertemu dan menimba ilmu langsung dari Rasulullah tidak terpenuhi. Padahal beliau hidup semasa dengan Rasulullah. Beliau di Yaman dan Rasulullah di Madinah. Karena baktinya kepada ibu kandungnya dan cinta serta rindunya yang begitu mendalam kepada Rasulullah, melalui wahyu dari Allah, Baginda Nabi bersabda إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مِنْ مُرادٍ ثُمّ منْ قَرَنٍ رَوَاهُ مُسْلِمٌ Maknanya “Sesungguhnya sebaik-baik tabiin adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais bin Amir dari kabilah Murad kemudian kabilah Qaran” HR Muslim Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Jika seseorang dijadikan kaya, hendaklah ia meneladani para sahabat Nabi yang melimpah hartanya seperti sahabat Abu Bakr dan sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu anhuma. Harta keduanya diinfakkan di jalan Allah untuk menopang perkembangan dakwah Islam. Terakhir, kami tegaskan bahwa Islam sama sekali tidak melarang seseorang menjadi kaya. Yang dilarang adalah menggunakan kekayaan dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto Baca naskah Khutbah Jumat lainnya
JanganTakut Miskin Allah Maha KayaBerikut kajian islami oleh ustadz adi hidayat tentang Jangan takut miskin allah maha kaya. semoga kita bisa mengambil pemb “Syaitan menjanjikan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan kikir; sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengatahui,” QS. Al-baqarah 268” SETAN merupakan musuh yang nyata bagi manusia. Maka jauhilah setan dengan menjauhi hal yang tidak disukai Allah. Sungguh Allah mencintai orang dermawan. Maka janganlah pernah takut kepada kemiskinan. Justru dengan bersedekah harta akan bertambah. BACA JUGA Perkataanmu pun Bisa Menjadi Sedekah Takut miskin terjadi akibat cinta yang berlebihan terhadap dunia. Sehingga hal ini menyebabkan diri mejadi kikir dan tamak. Sifat ini mampu mendorong seseorang untuk mendapatkan harta dengan berbagai cara. Tanpa memikirkan jalan yang ditempuhnya halal atau haram. Bagi mereka yang mencintai harta akan selalu merasa takut miskin dan takut kehilangan harta yang selama ini mereka upayakan. Sehingga banyak yang mempertuhankan uang. Sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah tidak sepantasnya umat Islam takut dilanda kemiskinan. Allah yang Maha Kaya tidak akan membuat hambaNya kelaparan bahkan rezeki seekor cacing yang berada didalam tanah pun sudah Allah jamin. Apa lagi manusia yang Allah karuniakan akal untuk berpikir. Takut miskin akan menjadi penghalang bagi seseorang meraih sukses dengan mudah. Rasa takut miskin akan membuat seseorang enggan mengulurkan tangannya. Dalam artian mereka takut hartanya akan habis jika disedekahkan. BACA JUGA Do&8217;a Mudah Terkabul Jika Sering Bersedekah, Benarkah? Anggapan ini sama sekali tidak benar, bahkan mereka yang agamanya bukan Islam menerapkan ilmu sedekah yang diajarkan oleh Islam. Dan benar bahwa janji Allah itu pasti, baik itu untuk hambaNya Islam mau pun non Islam. Mereka yang meyakini bahwa Allah akan membalas kebaikan dengan kebaikan maka tidak akan ada rasa takut bersedekah. Buktinya banyak orang menjadi tambah kaya setelah bersedekah. Tidak akan berkurang justru bertambah. Untuk menambah keyakinan kita tentang kehebatan sedekah ada baiknya jika kita membuka lembaran firmanNya dalam surah Al-An’am ayat 160. Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan. Jika kita memberi satu, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali lipat dari apa yang kita berikan. Dalam teori sedekah tidak ada pengurangan yang ada penambahan. Namun tetap kembali kepada niat kita. Karena sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya. Kita sedekah maka niatnya hanya karena Allah. Sedangkan balasan sepuluh kali lipat adalah income dari apa yang kita lakukan. Masih takut juga untuk bersedekah atau takut miskin. Ayo kita buktikan kekhawatiran mereka dengan kisah nyata berikut ini. Dia seorang mahasiswa bekerja di sebuah kantin milik ibu kosnya. Ia akan memperoleh gaji setiap bulannya. Waktu itu ia mendapatkan gajinya sebesar Sebut saja A. Seluruh uangnya itu ia niatkan sebagai sedekah kepada seseorang dengan niat ingin mendapatkan pahala dari Allah. Satu minggu kemudian hatinya tergerak untuk main kerumah bibinya. Ketika hendak pamitan pulang sang bibi memberikan segulung uang ditangannya. Si A pun bertanya. “Uang apa ini bibi??” “Itu uang bibi ada nazar sama kamu.” Karena bahagia, ia pun tak bertanya nazar untuk hal apa itu. Dia mengucapkan terimakasih kemudian bergegas pulang. Kalian tahu berapa uang yang ia peroleh. Dia memperoleh uang terbuktilah bahwa janji Allah itu pasti. Satu kebaikan akan di bayar dengan sepuluh kebaikan. “Masihkah kita berpikir panjang lagi untuk melakukan kebaikan?” Anda lebih tahu atas jawabannya. Dengan bersyukur atas nikmat dan karunia dari Allah akan menjaukan kita dari rasa takut miskin. Sadarilah bahwa apa yang kita miliki segalanya milik Allah. Kita hanya dititipkan. Dan sebagian dari rezeki kita ada hak orang lain. Kita hanya perlu berusaha untuk memberikan yang terbaik dan berdo’a agar Allah jauhkan kita dari sifat takut miskin dan dijauhkan dari perbuatan kikir. []JanganTakut Miskin Karena Menikah, Inilah Janji Allah Bagi Kamu yang Berani Menikah. 08.28. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui" Begitulah janji Allah dalam QS An Nuur : 32) , pada anda yang mau menikah, Insya Allah Anda pasti kaya! Imam Al Qurtubi, mengatakan, ayat itu mengandung makna, bahwa jangan biarkan kemiskinan
BERITA AKTUAL JAKARTA – Salah satu cara setan menggoda manusia adalah selalu menakut-nakuti dengan kemiskinan. Setan membuat manusia merasa selalu kekurangan padahal karunia Allah itu sangat banyak. Allah berfirman, الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ “Setan menjanjikan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan kikir ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas karuniaNya lagi Maha Mengetahui” [Al-Baqarah/2 268] Ibnu Katsir menjelaskan bahwa manusia ditakut-takuti kemiskinan sehinga menjadi pelit terhadap hartanya. Beliau berkata, يخوفكم الفقر ، لتمسكوا ما بأيديكم فلا تنفقوه في مرضاة الله “Setan menakut-nakuti kalian akan kemiskinan, agar kalian menahan harta ditangan kalian dan tidak kalian infakkan untuk mencari ridha Allah.” [Tafsir Ibnu Katsir] Manusia semakin takut dengan kemiskinan karena sifat dasar manusia sangat cinta terhadap harta dan harta adalah godaan fitnah terbesar manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alihi wa sallam, إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ “Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah ujiannya dan fitnah umatku adalah harta” [HR. Bukhari] Kunci agar bisa lepas dari godaan setan ini adalah tetap merasa qana’ah dan giat bekerja. Seseorang akan terus merasa kurang dan miskin apabila tidak merasa qana’ah dan selalu melihat orang lain yang berada di atasnya dalam urusan dunia. Mayoritas pergaulannya adalah orang-orang yang lebih kaya sehingga ia tidak merasa qanaah, karenanya kita diperintahkan untuk selalu melihat yang berada di bawah kita dalam urusan dunia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dalam masalah harta dan dunia dan janganlah engkau lihat orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”[HR. Bukhari dan Muslim] Kunci lainnya adalah agar kita giat bekerja, kreatif dan tidak gengsi dalam mencari harta. Apapun pekerjaaannya yang penting halal, maka laksanakan saja tanpa harus gengsi. Inilah bentuk tawakkalnya burung, sebagaimana dalam hadits ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮُﺯِﻗْﺘُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮْﺯَﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮُ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻًﺎ ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧًﺎ “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ [ hasan shahih] Kemudian godaan setan akan kemiskinan akan berdampak munculnya rasa pelit pada manusia, tidak mau berinfak atau membantu sesama. Rasulullah bersabda bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ “Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena shadaqah.” [HR. Tirmidzi] Syaikh Muhammad Al-Mubarakfuri menjelaskan bahwa harta yang disedekahkan akan bertambah berkahnya. Beliau berkata تصدق بها منه بل يبارك له فيه “Harta yang disedekahkan akan diberkahi diberikan kebaikan yang banyak” [Lihat Tuhfatul Ahwadzi] Semoga Allah melindungi kita dari godaan setan berupa rasa takut akan kemiskinan dan semoga Allah memudahkan kita untuk berinfak. Sumber 3 Redaktur admin [Berita Dunia Islam Paling Aktual & Terpercaya] 855 .